MENARIK

Senin, 02 Mei 2011

Seks di Penjara Bakal Diizinkan

MEDAN, KOMPAS.com — Sosiolog Universitas Sumatera Utara, Prof Dr Badaruddin, menilai, wacana penyediaan "kamar biologis" untuk tahanan Polresta Medan sebagai hal yang wajar dan perlu didukung.
<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3126491&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=951&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a3126491' border='0' alt='' /></a>
"Jadi, warga yang sedang menjalani tahanan, baik itu perempuan maupun lelaki, yang telah menikah bisa memanfaatkan kamar seks tersebut untuk menyalurkan hasrat biologisnya," katanya di Medan, Rabu (27/4/2011), diminta komentarnya mengenai wacana dibangunnya kamar biologis.
Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga menyatakan, pihaknya akan membangun kamar seks yang diberi nama "kamar biologis" untuk para tahanan. Tujuan bangunan tersebut, menurut dia, untuk tahanan lelaki maupun perempuan yang berhasrat untuk melakukan hubungan biologis.
Kamar seks itu juga dilengkapi TV dan dijaga petugas sehingga tidak terjadi penyalahgunaan. Tahanan yang akan menggunakan kamar seks tersebut tentunya juga akan diminta buku nikah maupun kartu keluarga yang nanti akan dicocokkan dengan identitas mereka. "Jadi warga yang ditahan di Polresta Medan tidak akan terganggu hubungan biologis mereka," kata Tagam.
Menurut Prof Badaruddin, pembangunan kamar seks di Polresta Medan adalah suatu tereboson yang sangat baik, mengingat tahanan tersebut juga ada yang telah mempunyai istri maupun suami.
"Jadi dengan adanya kamar khusus digunakan untuk melaksanakan hubungan biologis itu, tentunya para tahanan tersebut tetap merasa tenang dan tidak berpikir yang macam-macam," ujarnya.
Pembangunan kamar seks tersebut adalah hal sangat penting dan untuk keperluan para tahanan," kata Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Selanjutnya, dia mengatakan, pembangunan kamar seks itu juga ada di sejumlah lembaga pemasyarakatan (lapas) di Tanah Air, digunakan untuk warga binaan pemasyarakatan (WBP).
"Bahkan hubungan seks yang dilakukan para tahanan itu juga untuk menjaga kesehatan mereka. Ini sangat penting bagi para tahanan yang berada di dalam sel," ujarnya.
Jangan pula, karena warga tersebut ditahan, tidak bisa melakukan hubungan biologis, ini juga menyangkut kemanusian. Dengan adanya kamar khusus tersebut, tentunya juga perlu dibatasi dan pengawasan yang ekstraketat dari petugas.
"Tentunya, para tahanan yang melakukan hubungan biologis itu telah bersuami/istri. Lain dari itu tidak dibenarkan," kata Badaruddin.

Duh, ABG Diperkosa Komplotan Bertopeng

BONE, KOMPAS.com — Seorang remaja, AR (17), diduga diperkosa komplotan pria bertopeng di Kecamatan Amali, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada Selasa malam. Setelah kejadian tersebut, Rabu (20/4/2011) siang, korban dan keluarganya langsung melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Amali.
<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3126491&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=951&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a3126491' border='0' alt='' /></a>
"Iya kami sudah menerima laporannya, dan sementara kami melakukan penyelidikan. Kami juga telah memegang identitas pelaku," ungkap Kepala Polsek Amali AKP Rahma seusai mengatarkan korban ke RS Tenriawaru Bone.
Meskipun telah mengantongi identitas pelaku yang berjumlah sekitar sembilan orang, Rahman belum bersedia menyebutkan identitas pelaku. Menurut Rahman, korban memang tidak mengenali pelaku karena mengenakan topeng.
Berdasarkan keterangan korban, saat kejadian dia dan salah seorang temannya akan berangkat menuju rumah neneknya di Kecamatan Amali. Namun, di tengah perjalanan AR dan temannya dicegat sekawanan lelaki bertopeng. Saat itu, teman lelakinya diancam, lalu melarikan diri. Korban pun diseret ke rumah kosong hingga terjadi pemerkosaan tersebut.

Komplotan Pemerkosa Bertopeng itu ABG

BONE, KOMPAS.com — Komplotan pelaku pemerkosaan bertopeng terhadap salah satu gadis belia, AR (17), yang terjadi di Kecamatan Amali, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Selasa (19/4/2011) malam lalu, diduga dilakukan oleh anak baru gede (ABG) putus sekolah.
<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3126491&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=951&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a3126491' border='0' alt='' /></a>
"Umur mereka (para pelaku) rata-rata antara 18 tahun dan 19 tahun dan sudah putus sekolah. Yang jelasnya identitas para pelaku sudah kami pegang," ungkap Kepala Polsek Amali Ajun Komisaris Rahman, Kamis (21/4/2011).
Sejak semalam hingga pagi ini, anggota Polsek Amali masih berada di sekitar Kecamatan Amali untuk melakukan pengejaran. Kesembilan pelaku diduga merupakan warga Kecamatan Amali dan saat ini telah meninggalkan rumah mereka setelah melakukan perbuatan bejatnya itu.
Sementara itu, kondisi korban yang sejak kemarin masuk ke Rumah Sakit Tenriawaru Bone akibat mengalami tekanan mental masih belum membaik.
Seperti diberitakan, pada Selasa malam AR bersama salah seorang temannya, Afdal, berboncengan ke rumah nenek Afdal. Di tengah perjalanan, keduanya dicegat oleh gerombolan bertopeng. Afdal pun lari meninggalkan korban yang saat itu diseret ke salah satu rumah kosong. AR diperkosa sembilan orang secara bergantian.

Pelaku Perkosaan Bertopeng Tak Ikut UN

BONE, KOMPAS.com — Satu orang terduga pelaku pemerkosaan bertopeng yang terjadi pada Selasa (19/4/2011) malam pekan lalu di Kecamatan Amali, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, merupakan siswa SMP kelas III. Dia terpaksa tidak mengikuti ujian nasional (UN) SMP yang saat ini masih berlangsung.
<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3126491&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=951&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a3126491' border='0' alt='' /></a>
"Tadi kami akan ke sekolahnya (salah satu pelaku) dan akan menunggu hingga selesai UN untuk dimintai keterangan, ternyata dia juga tidak mengikuti UN," ungkap Kepala Polsek Amali, Bone, Sulawesi Selatan, AKP Rahman MS, Senin (25/4/2011).
Rahman menduga pelaku memang sudah menyadari bahwa polisi telah mengetahui dirinya sebagai pelaku sehingga terpaksa meninggalkan UN. Selain itu, beberapa hari ini pihaknya masih terkendala pada kondisi korban yang depresi serta pelaku yang bertopeng sehingga tak dikenali korban.
Namun, nama-nama para pelaku yang berjumlah sembilan orang itu telah dipegangnya. Hanya saja, Rahman mengatakan, pihaknya belum bisa menyebutkan nama-nama pelaku karena masih dalam pengejaran.
Untuk diketahui, sebelumnya seorang ABG, AR (17), menjadi korban pemerkosaan oleh sekitar sembilan orang ABG bertopeng saat melintas di Kecamatan Amali, bersama salah seorang temannya, Selasa lalu.

Minggu, 01 Mei 2011

Anak Hamili Ibu Kandungnya

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com — Kabar menghebohkan terdengar dari sebuah dusun di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Seorang ibu dengan delapan anak kini tengah hamil tujuh bulan. Dikabarkan, ayah dari bayi di dalam kandungannya itu adalah anak sulungnya sendiri.
<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3126491&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=951&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a3126491' border='0' alt='' /></a>
Sang bapak yang merantau ke Malaysia sudah lima tahun tak memberi nafkah bagi istri dan delapan anaknya. Diduga, kondisi itu yang menjadi pemicu timbulnya perilaku seks menyimpang dari adat dan agama ini.
Semula, Rani (40) membantah kecurigaan para tetangganya. Namun, perut Rani yang terus bertambah buncit membuatnya tak bisa menyembunyikan aib keluarga. Rani semula beralasan dirinya diperkosa seorang pemuda desa. Karena telah membuat aib terhadap diri dan keluarganya, Rani mengaku membunuh sang lelaki dan menimbunnya di tengah sawah. Namun, alasan Rani tak segera meredakan kecurigaan warga dan para tetangganya.
Takut diseret ke kantor polisi karena alasan membunuh seseorang, ibu delapan anak ini kembali membuat alasan baru. Rani mengaku dirinya telah dihamili seorang pria asal Kabupaten Endrekang, Sulawesi Selatan. Saat itu Rani pun mengaku diperkosa saat bekerja sebagai buruh panen padi di Enrekang.
Warga dan aparat pemerintah desa setempat pun mendesak Rani agar pria yang telah menghamili dirinya bertanggung jawab atas janin dalam kandugannya. Alhasil, beberapa minggu kemudian Rani datang bersama seorang pria yang diklaim sebagai ayah dari anak di dalam kandungannya. Ini ditunjukkan dengan surat nikah dari KUA Enrekang lengkap dengan foto keduanya. Kecurigaan warga pun redah ketika itu.
Setelah sempat mereda lebih dari lima bulan, warga dan para tetangga Rani kembali menaruh curiga. Ini bermula dari pengakuan salah seorang anak korban yang masih berumur empat tahun. Anak korban bercerita kepada sanak tetangga jika ibunya dan Emang, kakak sulungnya, sudah lama tidur sekamar.
Cerita miring ini kembali menjadi gosip para tetangga dan warga sekampungnya. Sejumlah warga pun mendesak aparat dusun dan desa setempat untuk mengklarifikasi kabar tak sedap itu.
Setelah lama diinterogasi aparat desa secara beruntun, Rani akhinrya mengakui jika janin berumur tujuh bulan dalam kandungannya adalah perbuatan Emang, anak sulungnya.
Pengakuan itu tak hanya membuat geger para tetangga. Aparat desa setempat pun seolah disambar petir mendengar penuturan Rani.
Cerita ini dituturkan kepala desa dusun setempat, Sulaeman, Rabu (28/4/2011), yang mengaku sempat panik lantaran membayangkan risiko perbuatan ibu dan anak ini kelak setelah cerita pengakuan ini tersebar luas.
“Saya dan aparat desa lainnya pun bingung mencari solusinya. Ini bukan persoalan anak muda menghamili pacarnya, solusinya sederhana, tapi ini anak menghamili sang ibu,” ujar Sulaeman.
Penuturan mengejutkan juga diakui Emang, anak sulung yang selama ini bekerja sebagai buruh bangunan yang menopang kehidupan keluarganya.
Saat aparat desa sedang bermusyawarah mencari solusi untuk pasangan tak resmi ini, tiba-tiba Rani dan Emang menghilang dari rumah dan kampung halamannya. Rani menghilang Jumat petang lalu, sedangkan Emang meninggalkan rumah dan adik-adiknya sejak Sabtu pagi.
Tujuh anak Rani yang rata-rata masih kecil kini tinggal terpencar di sejumlah sanak keluarganya yang bersedia menampungnya.
Kepala desa menduga Rani dan Emang panik dan cemas lantaran takut jadi sasaran amuk warga dan sanak tetangga yang merasa ulah keduanya telah mencemari kampung halaman mereka.
Meski demikian, pengakuan Rani ini belum tentu benar. Sekalipun putra sulungnya telah mengaku, bukan tidak mungkin penyangkalan itu dilakukan Rani sama seperti dua kasus sebelumnya.